Kamis, 01 Agustus 2013

ESET: Serangan dan Infeksi Android Makin Tinggi



Menurut data yang dilansir dari Virusradar.com, posisi Indonesia di wilayah regional Asia Tenggara, internet environment Indonesia masih menjadi yang terkotor dengan tingkat infeksi 16.94% atau nomor dua setelah Laos dengan 24.07%.
Masih ber-evolusinya malware lama yang beredar dan teridentifikasi oleh ESET sejak Jui 2010 hingga saat ini, menjadi ancaman bagi user komputer di Indonesia.

Menurut Yudhi Kukuh, Technical Consultant PT Prosperita ESET-Indonesia, kondisi internet environment demikian terutama pada pengguna home user, dipicu oleh beberapa hal. "Internet di Indonesia, meski dari sisi kecepatan masih masuk kategori lambat, namun semakin terjangkau. Daya beli yang semakin tinggi, membuat masyarakat akhirnya mampu untuk memiliki perangkat yang juga semakin murah, sehingga akses internet menjadi mudah. Tetapi sayangnya tidak dibarengi dengan kesadaran akan keamanan perangkat baik PC maupun perangkat mobile seperti smartphone dan tablet,'' jelasnya.

Yudi juga beranggapan, perilaku dalam menggunakan PC dan berinternet juga membuat pengguna terekspose oleh malware. Banyak pengguna yang mengabaikan proses scanning pada perangkat asing yang masuk ke komputer kita seperti melalui USB.

Situasi yang kurang lebih sama juga terjadi pada system operasi Android. Indonesia mengalami peningkatan pengguna Android sangat pesat tetapi minim kesadaran akan keamanan.

Hingga kini malware mobile sebagian besar adalah Trojan, yang tersebar dengan pola menyamar sebagai aplikasi legal yang berasal dari Google Play. Meski Google telah berupaya melakukan "Bouncer" program untuk memindai dan menghapus aplikasi yang mengandung malware, tetapi ada kalanya aplikasi bermuatan Trojan bisa lolos. Selain itu, banyak juga toko aplikasi pihak ketiga yang tidak memeriksa aplikasi dagangannya terlebih dahulu.

Meskipun demikian, harus diakui memang belum ada epidemi malware yang begitu dahsyat di Android, dimana malware menyebar secara langsung dari satu perangkat mobile ke perangkat mobile yang lain.
“Dalam ranah mobile, penyebaran malwarenya juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan finansial. Perolehan dalam bentuk uang tersebut  umumnya melalui pengiriman SMS ke nomor premium, dan pencurian data dan informasi milik korban yang akan dijual ke pelaku spamming, dan adware,' tambah Yudhi. ''Selain itu, ada juga yang melakukan pemerasan melalui pengiriman informasi keamanan palsu, dan pasti berhubungan dengan software antivirus palsu. Aplikasi Spyphones juga terindikasi meningkat dan bisa menjadi ancaman signifikan pada kondisi BYOD – Bring Your Own Device dan APT”, pungkas Yudhi.

0 komentar:

Posting Komentar